Lakon ini dimulai dengan Semar yang mengundang ketiga anaknya, yaitu Bagong, Petruk, dan Gareng ke rumahnya. Semar menyampaikan rencananya untuk menikahkan putra angkatnya, Bambang Nggonel. Bagong, Petruk, dan Gareng seketika kaget. Mereka sama sekali tidak tahu menahu bahwa bapaknya mempunyai seorang anak angkat. Setelah menceritakan tentang anak angkatnya, Semar menjelaskan mengenai rencananya tadi. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa calon istri dari Nggonel adalah Kasilah, yang tak lain adalah anak angkat dari Bagong. Mendengar hal itu, Bagong sontak marah dan berteriak. Ia menentang rencana itu. Ia tidak setuju. Sambil bersungut-sungut ia mengungkapkan alasannya tidak menyetujui rencana itu. Pertama, ia ingin menaikkan derajat keluarganya dengan menikahkan anaknya nanti dengan orang yang memiliki pangkat, jabatan, dan derajat yang tinggi, tidak seperti Semar yang merupakan orang biasa. Kedua, ia menganggap apabila pernikahan tersebut terjadi, maka akan merusak silsilah keluarga, karena anaknya akan menikah dengan anak angkat dari bapaknya sendiri, apa jadinya? Tak mau berurusan dengan hal itu, Bagong pergi meninggalkan tempat itu dan pulang menuju ke rumahnya. Setelah mendengar penjelasan Bagong tersebut, Semar tetap bersikeras. Ia menyuruh Gareng dan Petruk menyusul Bagong untuk merayu dan memohon agar Bagong merubah pikirannya.
Sementara itu, di rumah Bagong, istri Bagong, Dewi Bagnawati sedang berbincang dengan anak angkat perempuannya, Kasilah. Ia mengungkapkan tentang betapa senangnya ia dan Bagong mengangkat anak secantik Kasilah. Tak lama, Bagong tiba di rumah. Dengan masih bersungut-sungut ia menceritakan bahwa ia tadi diundang oleh Bapaknya untuk berunding mengenai rencana Semar untuk menikahkan Nggonel dengan Kasilah. Ia menyatakan tidak setuju dengan memberikan alasannya tadi. Ia menambahkan, apabila keputusannya akan membuat tali persaudaraan terputus, ia akan menerima resiko itu. Bagnawati mengerti dan mengikuti keputusan dari Bagong tersebut. Kemudian, Gareng dan Petruk sampai di rumah Bagong. Mereka menanyakan kembali sikap Bagong di rumah Semar tadi. Bagong menyatakan keputusannya tidak berubah. Gareng dan Petruk menerima sikap Bagong itu, alih-alih merayu Bagong agar mau merubah pikirannya.
Datanglah tiga orang menuju rumah Bagong. Ketiga orang itu adalah Sengkuni, Durna, dan Lesmana. Kemudian Sengkuni menjelaskan maksud kedatangan mereka. Sengkuni menyatakan bahwa Lesmana telah lama menyukai anak perempuan Bagong dan bermaksud untuk menjadikannya sebagai istri. Sengkuni bahkan akan memberikan apapun permintaan Bagong asalkan ia menyetujui rencana itu. Bagong merasa senang akan hal itu, ia menyampaikan kepada Gareng dan Petruk bahwa ini adalah kesempatannya untuk mendapatkan harta yang banyak dan kedudukan yang tinggi. Namun Gareng menentang sikap Bagong ini. Rombongan Sengkuni tidak terima kemudian menyerang Gareng. Dengan kesaktiannya, Gareng menghajar Sengkuni, Durna, dan Lesmana. Bahkan menghajar Kartamarma dan Asatama yang ikut rombongan Sengkuni sementara Petruk menghajar Dursasana dan mengusir mereka. Melihat hal itu Bagong meneriaki Gareng. Kemudian Gareng keluar dari rumah Bagong.
Petruk mendekati Bagong untuk membicarakan masalah ini. Bagong menyayangkan sikap Gareng karena telah mengacaukan rencananya. Lalu Petruk memberikan saran, apabila Bagong masih tetap dalam pendiriannya, Bagong harus memberikan syarat kepada siapapun yang hendak menikahi anak perempuannya. Ketiga syarat tersebut adalah Pusaka Cakra, Pusaka Nenggala, dan Jamus Kalimasada. Bagong kemudian menemui Sengkuni untuk menyampaikan ketiga syarat tadi. Sengkuni dan rombongannya beranjak dari tempat itu. Tak lama kemudian Semar dan Nggonel datang ke rumah Bagong. Bagong bercerita bahwa ia baru saja menangguhkan niat Durna untuk menikahkan Lesmana dengan anak perempuannya. Bagong pun memberikan syarat yang sama kepada Semar dan Nggonel.
Di pendopo Negara Amarta, para Pandawa membicarakan mengenai Semar yang akan menikahkan anaknya. Tak lama, Semar dan Nggonel menghadap mereka di istana. Semar menyampaikan syarat dari Bagong lalu meminta pertimbangan para Pandawa. Mereka sepakat dan bersedia membantu Semar. Mereka meminjamkan pusaka Jamus Kalimasada dan Cakra kepada Semar. Bahkan Werkudara bersedia meminjam pusaka Nenggala kepada Baladewa.
Werkudara berangkat menemui Baladewa untuk memintanya memberikan bantuan kepada Semar dengan meminjamkan pusaka Nenggala. Namun Baladewa tidak mau meminjamkan pusakanya. Werkudara tetep bersikeras dan menegaskan bahwa segala cara akan ditempuhnya karena ia sudah berjanji untuk membantu Semar. Tak mau ribut dengan Werkudara, akhirnya Baladewa berkenan meminjamkan pusaka Nenggala. Werkudara menyarankan agar Baladewa ikut mengantar Semar menikahkan anaknya. Baladewa setuju dan bersama Werkudara bergabung dengan Kresna, Semar, dan Nggonel.
Di tempat lain, ada seorang prabu, yang di kemudian waktu diceritakan bernama Prabu Rini, mengungkapkan niatnya kepada seorang temannya untuk memperistri Kasilah. Ia hendak memperistri Kasilah dengan alasan untuk melegitimasi statusnya sebagai seorang pria sejati di masyarakat. Sebab sebetulnya ia tidak memiliki hasrat kepada wanita.
Kembali ke rumah Bagong, tampak beberapa orang sudah berkumpul. Semar, Nggonel, Werkudara, Kresna, dan Baladewa menghadap Bagong yang ditemani Gareng dan Petruk. Semar menjelaskan kembali rencananya untuk menikahkan anaknya, Nggonel dengan anak perempuan Bagong, Kasilah. Kemudian memperlihatkan tiga pusaka sebagai syarat dari Bagong yang telah dipenuhi. Seraya Bagong memanggil anak perempuannya, Kasilah. Terungkap bahwa Kasilah tidak meminta syarat apapun untuk orang yang akan meminangnya. Ketiga pusaka tersebut lalu dikembalikan kepada pemiliknya masing-masing. Nggonel pun dipertemukan dengan Kasilah. Mereka setuju untuk dinikahkan.
Tiba-tiba Prabu Rini datang dan menculik Kasilah untuk dia jadikan istri lalu membawanya pergi. Nggonel tidak tinggal diam lalu menyusulnya. Nggonel berhasil membunuh Prabu Rini dan temannya. Nggonel pun mendapatkan Kasilah kembali.
Pada akhir lakon, Kresna dan Werkudara mengungkapkan bahwa ternyata Bambang Nggonel adalah Wisanggeni yang sedang menyamar sedangkan Kasilah adalah istrinya sendiri, yaitu Kencana Sitaresmi, yang juga sedang menyamar. Adapun alasan mereka melakukan penyamaran tidak diceritakan.
----
Disarikan dari pentas wayang kulit Ki Seno Nugroho. Lakon wayang ini dipentaskan oleh almarhum Ki Seno Nugroho pada pagelaran wayang dalam rangka perayaan hari ulang tahun PWKS yang ke lima, beberapa tahun yang lalu. Judul asli lakon ini adalah "Rabiné Nggonel" (Pernikahan Nggonel).
(wewayang.blogspot.com | 2021)
