Tersebutlah seorang keturunan Sayid Anwas bernama Nabi Suleman, yang selain menjadi pemimpin agama juga menjadi raja Kerajaan Banisrail. Selain memimpin bangsa manusia, ia juga memimpin golongan jin dan binatang.
Saat itu Nabi Suleman merasa heran mengapa jumlah pengikutnya dari bangsa jin banyak yang berkurang. Ternyata ada laporan bahwa para jin tersebut banyak yang berpindah mengabdikan diri dan mempertuhankan Sanghyang Wenang di Pulau Dewa. Nabi Suleman memutuskan untuk menaklukkan Sanghyang Wenang.
Pasukan jin pun dikirimnya dengan dipimpin oleh senapati bernama Sakar. Sesampainya di Pulau Dewa, pertempuran besar pun meletus. Pada awalnya pasukan Banisrail unggul. Akan tetapi, keadaan berbalik setelah Jin Sakar menyerah kalah pada kesaktian Sanghyang Wenang.
Jin Sakar ganti mengabdikan diri kepada Sanghyang Wenang. Sanghyang Wenang sangat menyukai senapati jin tersebut. Ia bahkan mengangkat Sakar sebagai murid dan mengajarinya berbagai ilmu kesaktian. Pada suatu hari Sanghyang Wenang bertanya tentang rahasia kesaktian Nabi Suleman. Sakar menjawab Nabi Suleman memiliki sebuah pusaka pemberian Tuhan bernama Cincin Maklukatgaib.
Sanghyang Wenang tertarik ingin memiliki cincin tersebut. Jin Sakar pun diutusnya untuk mencuri cincin itu. Dengan cara menyamar sebagai Nabi Suleman, Sakar berhasil menyusup ke dalam istana Banisrail.
Dengan kepandaiannya, Sakar berhasil mencuri Cincin Maklukat Gaib. Karena kehilangan pusakanya, Nabi Suleman jatuh sakit dan mengurung diri. Hal ini dimanfaatkan oleh Sakar untuk memperpanjang penyamarannya sebagai Suleman palsu, dan memerintah negeri dengan sesuka hatinya.
Lama-lama Sakar teringat kalau kedatangannya hanya untuk mencuri Cincin Maklukatgaib. Ia pun melesat pergi meninggalkan istana Banisrail, kembali menuju Pulau Dewa. Akan tetapi di tengah jalan, Cincin Maklukat Gaib jatuh ke dasar laut dan hilang tak bisa diketemukan lagi.
Jin Sakar tiba di hadapan Sanghyang Wenang melaporkan kegagalannya. Sanghyang Wenang menyadari kalau Cincin Maklukatgaib ternyata memang ditakdirkan bukan menjadi miliknya.
Nabi Suleman yang masih sakit parah mendapat petunjuk Tuhan tentang keberadaan Cincin Maklukatgaib dan siapa pencurinya. Setelah menemukan kembali cincin tersebut, Suleman sembuh dari sakitnya dan mempersiapkan hukuman untuk Sakar dan pasukannya.
Suleman kemudian memerintahkan para prajuritnya dari bangsa manusia untuk memasang tumbal di segenap penjuru Pulau Dewa. Tujuh hari kemudian Pulau Dewa meledak. Pulau yang semula berjumlah dua yaitu Lakdewa dan Maldewa tersebut akhirnya pecah menjadi ribuan pulau kecil. Para jin berhamburan karena bencana yang terjadi. Sementara Sanghyang Wenang sekeluarga memutuskan untuk mengungsi ke dasar bumi.
Beberapa tahun kemudian, setelah Nabi Suleman meninggal dunia, Sanghyang Wenang kembali muncul di permukaan. Karena keadaan Pulau Dewa telah hancur lebur, Sanghyang Wenang memutuskan untuk membangun kahyangan baru di puncak Gunung Tengguru di wilayah Pegunungan Himalaya.