Serat Paramayoga: Asal Usul Batara Guru

Tersebutlah seorang raja bernama Prabu Japaran yang bertahta di kaki pegunungan Himalaya. Ia beserta segenap rakyatnya mempertuhankan seekor sapi betina bernama Lembu Andini. Sapi ajaib putri Jin Rohpatanam ini bersemayam di sebelah tenggara Gunung Tengguru.

Pada suatu hari Batara Manikmaya melihat ada sebuah pilar cahaya yang bersinar di tenggara kahyangannya. Ia segera mendatangi sumber cahaya tersebut dan menemukan bahwa sumber dari cahaya tersebut adalah Lembu Andini. Dalam waktu singkat, keduanya terlibat perdebatan tentang siapa yang lebih berkuasa di pegunungan ini.

Ucapan Lembu Andini yang mengaku dirinya sebagai tuhan semakin membuat Batara Manikmaya murka. Batara Manikmaya pun melepaskan Aji Pangabaran yang membuat Lembu Andini lemas dan tergeletak tak berdaya. Setelah mengetahui betapa saktinya Batara Manikmaya, maka Lembu Andini pun menyatakan dirinya tunduk dan mengabdi kepada penguasa kahyangan Gunung Tengguru tersebut.

Sejak itu Lembu Andini pun menjadi kendaraan Batara Manikmaya, dan Batara Manikmaya sendiri dijuluki sebagai Sanghyang Pasupati yang artinya penguasa para hewan.

Tidak lama kemudian Prabu Japaran dan para raja bawahannya datang untuk memuja Lembu Andini. Mereka terkejut ketika melihat sang lembu telah menjadi kendaraan seorang yang tidak dikenal. Lembu Andini memperkenalkan Batara Manikmaya sebagai sesembahan yang baru. Namun Prabu Japaran dan para raja bawahannya masih keheranan tak percaya. Maka, Batara Manikmaya pun mengerahkan kesaktiannya yang membuat orang-orang itu lemas seperti yang pernah dialami oleh Lembu Andini. Mereka memohon ampun dan menyatakan pengabdian kepada Batara Manikmaya.

Setelah menaklukkan para raja di tanah Jambudwipa, Batara Manikmaya membawa Lembu Andini pulang ke kahyangan. Sementara itu sekembalinya dari gunung, para raja pun menyebarkan perintah kepada rakyatnya masing-masing agar menyembah Sang Batara Manikmaya.

Batara Manikmaya kemudian mendengar bahwa rakyat di wilayah Tibet dan Cina banyak yang menyembah berhala perwujudan putera-puteri kelima belas Nabi Adam yaitu Latta dan Ujya. Mendengar itu ia sangat prihatin dan berusaha mencari jalan agar orang-orang tersebut berpindah untuk menyembah dirinya.

Batara Manikmaya mengirimkan angin yang besar untuk menghancurkan berhala orang-orang itu. Di tengah kepanikan mereka, Batara Manikmaya datang bersama Lembu andini dan kemudian duduk di bekas berhala utama. Ia mengaku sebagai penjelmaan berhala yang telah sirna tadi. Orang-orang Tibet dan Cina meminta Batara Manikmaya menunjukkan kemahakuasaannya, dengan cara mendatangkan air. Batara Manikmaya pun mengeluarkan air yang mereka minta dari balik tempat duduknya. Melihat itu orang-orang tersebut menyatakan tunduk kepada Batara Manikmaya.

Batara Manikmaya pun memerintahkan mereka untuk menyebarkan ajaran memuja dirinya. Sejak itu ajaran menyembah Batara Manikmaya semakin menyebar luas ke segenap penjuru Tanah Asia. Karena berkahyangan di Gunung Tengguru, Manikmaya pun sering dijuluki para pemujanya sebagai Batara Tengguru, atau disingkat Batara Guru.

Sumber

Post a Comment (0)
Waosan Sakderengipun Waosan Saklajengipun