Serat Paramayoga: Kelahiran Para Dewa

Batara Guru telah menjadi penguasa wilayah Himalaya dan sekitarnya, baik itu alam halus maupun alam kasar. Wilayah kekuasaannya membentang dari daratan Tiongkok sampai ke Asia Barat, kecuali negeri Banisrail yang menolak mengakui kekuasaannya.

Pada saat itu Batara Guru memutuskan untuk memiliki keturunan. Siang malam ia bermain cinta dengan Batari Uma seperti layaknya manusia. Beberapa bulan kemudian lahirlah seorang putra yang kelahirannya disertai bau harum semerbak ke seluruh alam. Putra pertama ini diberi nama Batara Sambu.

Dua tahun kemudian Batari Uma melahirkan putra kedua yang disertai api besar menyala-nyala, menjilat ke angkasa. Putra kedua ini diberi nama Batara Brahma.

Dua tahun kemudian Batari Uma melahirkan putra ketiga yang disertai hujan deras dan gempa bumi di berbagai belahan dunia. Putra ketiga ini diberi nama Batara Indra.

Dua tahun kemudian Batari Uma melahirkan lagi seorang putra yang disertai angin dahsyat menerjang alam semesta. Putra keempat ini diberi nama Batara Bayu.

Setelah memiliki empat orang putra Batara Guru mendapat teguran dari sang ayah, yaitu Sanghyang Padawenang, bahwa jika terus-terusan berputra seperti layaknya manusia, maka ia tidak akan memiliki putra yang sakti dan memiliki kelebihan di alam semesta. Jika ingin memiliki putra yang bisa diandalkan, maka harus menempuh dengan cara hening, bukan melalui olah asmara seperti manusia biasa, tetapi menggunakan ilmu asmaracipta, asmaraturida, dan asmaragama.

Setelah mendapatkan nasihat tersebut, Batara Guru dan Batari Uma segera memuja samadi, mengheningkan cipta bersama. Kemudian mereka menyatukan rasa melaksanakan ilmu asmaracipta dan yang lain.

Tidak berapa lama kemudian Batari Uma mengandung, dan setelah tiba waktunya lahirlah bayi yang diliputi misteri. Kelahirannya disertai bencana alam melanda di seluruh dunia. Hujan deras disertai petir menyambar-nyambar. Gunung meletus, gempa bumi, badai topan, dan lain sebagainya. Para raja pemuja Batara Guru berjatuhan dari singgasana masing-masing, dan langsung menyembah. Bahkan, Batara Guru sendiri yang saat itu sedang duduk di takhta Madeprawaka juga ikut roboh.

Bersamaan dengan itu terdengarlah suara gaib yang menyebutkan bahwa, putra kelima yang baru lahir itu supaya diberi nama Batara Wisnu. Ia akan menjadi dewa yang paling sakti di antara para dewa lainnya, yang akan menjadi pelindung alam semesta beserta isinya. Begitu bahagia Batara Guru mendengar suara gaib tersebut. Ia pun menyayangi Batara Wisnu melebihi putra-putranya yang lain.

Selain keluarga Batara Guru, saat itu keluarga dewa-dewa lainnya juga semakin berkembang banyak. Putra bungsu Sanghyang Nurrasa yaitu Sanghyang Taya juga telah berputra empat orang. Yang sulung bernama bernama Sanghyang Parma memiliki putra bernama Sanghyang Pramana. Putranya tersebut memiliki putri bernama Dewi Tappi yang menikah dengan raja jin penguasa bangsa binatang bernama Sanghyang Darampalan. Dari perkawinan itu lahir Batara Winata berwujud burung, Batara Agli berwujud musang, Batara Karpa berwujud kowangan, dan Batara Kowara berwujud sapi.

Sementara itu putra kedua Sanghyang Wenang yang bernama Sanghyang Hening berputra dua belas orang. Putra pertamanya yang bernama Batara Sanggana telah menurunkan putra berwujud para dewa bangsa belibis, serta para dewi berwujud naga.

Anak nomor dua Sanghyang Hening bernama Dewi Sanggani telah menikah dengan Batara Ismaya, kakak Batara Guru. Dari perkawinan itu lahir Batara Wungkuhan, Batara Siwah, Batara Wrehaspati, Batara Yamadipati, Batara Surya, Batara Candra, Batara Kuwera, Batara Tamburu, Batara Kamajaya, dan Batari Sasanasiti.

Putra nomor delapan Sanghyang Hening yang bernama Batara Hermaya menikah dengan putri jin perairan. Dari perkawinan itu lahir seorang putera bernama Batara Gangga, yang kemudian mempunyai putera bernama Batara Baruna penguasa lautan.

Sementara itu, putera ke lima Sanghyang Darmajaka yang bernama Sanghyang Pancaresi telah memiliki sebelas anak. Putera sulungnya bernama Batara Guruweda yang memiliki beberapa orang puteri antara lain Batari Sustika yang menikah dengan Batara Sambu, Batari Saci yang menikah dengan Batara Brahma, dan Batari Wiyati yang menikah dengan Batara Indra.

Putera kedua Batara Pancaresi yang bernama Batara Pancaweda memiliki tiga orang puteri yaitu Batari Swamyana yang menikah dengan Batara Sambu, serta Batari Saraswati dan Batari Rarasati yang keduanya dinikahi Batara Brahma.

Putera kelima Batara Pancaresi yang bernama Batara Wismaka memiliki dua orang puteri yaitu Batari Lasmi dan Batari Sri Lasmita yang keduanya dinikahi Batara Wisnu.

Putera keenam Batara Pancaresi yang bernama Batara Satya memiliki beberapa anak. Yang sulung bernama Batari Sri Satyawarna, menikah dengan Batara Wisnu.

Putera ketujuh Batara Pancaresi yang bernama Batara Janaka memiliki puteri tunggal yang bernama Batari Nignyata yang menikah dengan Batara Wisnu.

Putera kedelapan Batara Pancaresi yang benama Batara Soma mempunyai beberapa orang puteri. Yang sulung bernama Batari Ratih menikah dengan Batara Kamajaya dimana mereka terkenal sebagai pasangan tertampan dan tercantik di seluruh kahyangan. Yang kedua bernama Batari Sumi menikah dengan Batara Bayu.

Sumber

Post a Comment (0)
Waosan Sakderengipun Waosan Saklajengipun