Pada suatu hari, Batara Guru mengajak istrinya, Batari Uma untuk pergi ke langit selatan laut Jawa dengan mengendarai Lembu Andini. Sinar matahari senja yang menerpa tubuh Batari Uma, membuat parasnya semakin cantik. Batara Guru bangkit nafsunya dan ingin menyetubuhi istrinya itu di atas punggung Lembu Andini saat itu juga.
Batari Uma menolak karena malu kepada Lembu Andini, dan meminta agar Batara Guru bersabar hingga mereka kembali ke kahyangan Arga Dumilah di puncak Gunung Mahendra. Namun Batara Guru bersikeras mengajak Batari Uma menuruti hasratnya. Ia pun memangku istrinya hingga mengeluarkan air mani. Namun Batari Uma meronta menghindar hingga air mani itu jatuh ke dalam laut selatan.
Batari Uma menyebut sang suami telah kehilangan sopan santun, tak ubahnya perangai raksasa. Seketika itu juga tumbuh taring pada gigi Batara Guru. Batara Guru merasa sangat marah karena malu. Ia memacu Lembu Andini dan membawa Batari Uma pulang ke Kahyangan Argadumilah.
Air mani Batara Guru yang terjatuh di laut, membuat air laut bergolak mendidih karena panas. Banyak ikan-ikan yang mati karenanya. Lambat laun, air mani itu menjadi buih yang semakin lama semakin besar, disertai api yang berkobar-kobar. Batara Guru yang telah sampai di kahyangan segera mengutus para dewa untuk mengatasi kejadian di laut tersebut. Para dewa utusan pun tiba di laut yang bergolak itu. mereka menghujani buih dengan senjata mereka, namun bukannya hancur namun malah semakin lama semakin besar dan pada akhirnya berubah menjadi raksasa.
Raksasa itu mengamuk, menyerang para dewa. Para dewa tidak mampu mengalahkannya dan mereka berlari pulang meminta perlindungan kepada Batara Guru. Raksasa tadi mengejar mereka hingga tiba di Kahyangan Argadumilah. Sampailah ia dihadapan Batara Guru.
Batara Guru menghadapi raksasa itu dengan tenang. Raksasa itu bertanya kepada Batara Guru yang mengaku sebagai penguasa dunia. Batara Guru memerintahkan raksasa agar menyembahnya terlebih dahulu sebelum pertanyaan dijawab. Ketika sang raksasa membungkuk menyembah, Batara Guru segera memangkas rambutnya. Terkejutlah sang raksasa dan ia menengadah, namun secepat kilat ia merasa kedua taringnya dipotong dan lidahnya mengeluarkan bisa akibat ditusuk oleh Batara Guru. Kedua taring yang terpotong itu berubah menjadi dua bilah keris, yang diberi nama Keris Kaladitya dan Keris Kalanadah.
Sang raksasa menjadi lemas tak berdaya bagaikan kehilangan daya kekuatan. Batara Guru mengakui raksasa itu adalah putranya dan diberi nama Batara Kala, karena karena ia lahir senjakala. Ia memberikan Pulau Nuswa Kambana kepada Batara Kala sebagai tempat tinggalnya. Batara Kala menurut dan pergi menuju pulau tersebut.
Sepeninggal Batara Kala, Batara Guru merasa malu dan meluapkan kekesalannya kepada Batari Uma. Bangkit pula amarahnya karena telah dikutuk oleh Batari Uma, sehingga ia memiliki taring. Batari Uma dihajarnya hingga menangis menjerit-jerit dengan kerasnya. Batara Guru pun menyebut istrinya bersuara seperti raksasi. Seketika itu pula Batari Uma berubah wujud menjadi raksasi.
Terkejutlah Batara Guru, ia menyesal. Lalu ia berkata bahwa meski Batari Uma telah berubah wujud, ia tetap mengakui sebagai istrinya. Ia memberikan daerah Setra Gandamayit sebagai tempat tinggal Batari Uma, dan mempersilahkan istrinya itu datang ke kahyangan kapan pun ia mau. Batari Uma pun berganti nama menjadi Batari Durga dan membangun kahyangan di Setra Gandamayit yang diberi nama Kahyangan Dandang Mangore.
Sepeninggal Batari Durga, Batara Guru pergi menemui mertuanya yaitu Sodagar Umaran; untuk mencarikan isteri yang mirip dengan Batari Uma. Sodagar Umaran sangat bingung. Ia pun bersamadi mengheningkan cipta memohon petunjuk Tuhan demi memenuhi permintaan Batara Guru.
Sanghyang Padawenang pun muncul untuk menolong Sodagar Umaran. Ia menciptakan seorang perempuan dari buah ranti yang tumbuh di halaman rumah Umaran. Buah tersebut menjadi seorang wanita cantik yang wajahnya mirip sekali dengan Batari Uma. Sodagar Umaran pun berterimakasih dan memberi nama wanita itu Dewi Umaranti.
Sodagar Umaran kemudian membawa Dewi Umaranti menemui Batara Guru di Kahyangan Arga Dumilah. Batara Guru berkenan menerima Dewi Umaranti sebagai isterinya. Karena wajahnya mirip, Umaranti pun diganti namanya menjadi Batari Uma.